Meningkatnya Penyebaran Mpox di Negara Non-Endemis dan Pentingnya Pencegahan Efektif
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kembali dihadapkan dengan ancaman penyakit zoonosis yang dikenal sebagai monkeypox atau mpox. Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae. Sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 1958 pada monyet yang digunakan untuk penelitian di Denmark, dan kemudian pada manusia di Republik Demokratik Kongo pada 1970, mpox berkembang menjadi endemis di wilayah Afrika Tengah dan Afrika Barat.
Namun, kasus terbaru pada Mei 2022 menunjukkan peningkatan prevalensi yang signifikan di negara-negara non-endemis, seperti Portugal, Spanyol, Inggris, dan Kanada, memicu kekhawatiran global. Menyikapi kondisi tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Juli 2022 mendeklarasikan wabah mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD).
Penularan mpox dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, kontak manusia ke manusia melalui sekresi pernapasan, atau kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh virus. Virus ini masuk melalui kulit yang terluka, saluran napas, atau selaput lendir, dan menyebabkan gejala seperti demam, limfadenopati, serta ruam pada tubuh yang bersifat monomorfik dan Gejala awal bisa ringan, tetapi dalam beberapa kasus, penyakit ini dapat berkembang menjadi lebih serius hingga mengakibatkan kematian, terutama pada kelompok yang rentan seperti anak-anak, wanita hamil, atau individu dengan imunitas yang rendah.
Penting bagi Indonesia, sebagai negara non-endemis, untuk bersiap dalam menghadapi potensi penyebaran mpox. Langkah-langkah pencegahan yang efektif harus diterapkan, termasuk surveilans epidemiologi yang ketat, pengelolaan spesimen yang aman, serta pengobatan yang tepat bagi penderita. Selain itu, komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat menjadi kunci dalam mengendalikan wabah ini.
Dengan semakin banyaknya negara yang melaporkan kasus konfirmasi mpox, penting bagi otoritas kesehatan global dan nasional untuk terus memantau perkembangan penyakit ini, melakukan pencegahan yang efektif, dan memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat. Hanya dengan upaya kolektif yang kuat, wabah ini dapat dikendalikan.